---

Kelas 1 SMA

Ketika aku duduk di dalam kelas, aku memandang pada seorang gadis manis di sebelahku. Dia adalah 'Sahabat'ku. Aku memandangnya cukup lama, berharap dia menjadi milikku. Tapi, sepertinya dia tidak menganggapku demikian dan aku menyadarinya. Pulang sekolah, dia menghampiriku dan menanyakan tentang PR yang tadi diberikan. Setelah aku selesai menjelaskan, diciumnya aku di pipi dan dia berkata, "Terima kasih." Aku ingin sekali mengatakan dan memberitahukannya, bahwa aku tidak mau hanya sebagai teman, aku mencintainya. Tapi, tak tahu kenapa, aku terlalu malu...

---

Kelas 2 SMA

Telepon berdering. Ternyata dia menelepon. Dengan menangis, dia bercerita bahwa pacarnya memutuskan dirinya dan membuat hatinya hancur. Dia ingin aku datang ke rumahnya dan menemaninya, karena saat itu dia tidak mau merasa sendiri. Aku duduk di sofa ruang tamu dan memandang matanya yang jernih, berharap dia menjadi milikku. Setelah 2 jam mendengarkannya curhat dan kuhibur dirinya, diciumnya aku di pipi dan dia berkata, "Terima kasih." Aku ingin sekali mengatakan dan memberitahukannya, bahwa aku tidak mau hanya sebagai teman, aku mencintainya. Tapi, tak tahu kenapa, aku terlalu malu...

---

Kelas 3 SMA

Sehari sebelum 'Prom Nite', dia mendatangiku. "Pasanganku sakit," katanya, "Dia takkan menemaniku ke Prom Nite." Dulu di awal persahabatan, kami pernah berjanji untuk saling mendampingi jika salah satu dari kami tidak memiliki pasangan saat 'Prom Nite'. Jadi aku mendampinginya datang ke pesta sebagai 'Sahabat'. Setelah pesta 'Prom Nite' selesai, aku mengantarnya pulang. Di depan rumahnya, dia memandang dan tersenyum manis padaku, diciumnya aku di pipi dan dia berkata, "Terima kasih."Aku ingin sekali mengatakan dan memberitahukannya, bahwa aku tidak mau hanya sebagai teman, aku mencintainya. Tapi, tak tahu kenapa, aku terlalu malu...

---

Kuliah

Hari, minggu, bulan dan tahunpun berlalu. Akhirnya sampai juga saat wisuda. Aku melihatnya sangat anggun, berjalan naik ke podium menerima diploma. Aku berharap dia menjadi milikku, tapi sepertinya dia tidak menganggapku demikian dan aku menyadarinya. Setelah semua acara selesai, dia menghampiriku lengkap dengan baju toganya dan menangis dalam pelukanku. "Terima kasih. Kamu adalah sahabat terbaikku," bisiknya dan kemudian diciumnya aku di pipi. Aku ingin sekali mengatakan dan memberitahukannya, bahwa aku tidak mau hanya sebagai teman, aku mencintainya. Tapi, tak tahu kenapa, aku terlalu malu...

---

Pernikahan

Beberapa tahun kemudian, aku datang ke sebuah pernikahan, pernikahan 'Sahabat'ku. Aku melihatnya sangat cantik, duduk di pelaminan bersama seorang pria. Aku berharap dia menjadi milikku, tapi sepertinya sudah tidak mungkin lagi dan aku menyadarinya. Tiba saatnya aku memberikan selamat, dia berteriak, "Kamu datang akhirnya!" Dia berkata, "Terima kasih," dan menciumku di pipi. Aku ingin sekali mengatakan dan memberitahukannya, bahwa aku mencintainya. Tapi, sudah tak mungkin lagi...

---

Pemakaman

Tahun telah berlalu, aku memandang makam seorang wanita, makam 'Sahabat'ku. Setelah selesai pemakaman, Untuk mengenang dirinya, salah seorang keluarganya membacakan buku harian milik 'Sahabat'ku itu. Di salah satu halaman tertulis berikut: "Aku mempunyai sahabat pria yang sangat baik dan berharap dia menjadi milikku, tapi sepertinya dia tidak memiliki rasa terhadapku, aku menyadarinya. Aku ingin sekali mengatakan dan memberitahukannya, bahwa aku tidak mau hanya sebagai teman, aku mencintainya. Tapi, tak tahu kenapa, aku terlalu malu. Aku berharap semoga dia mengatakan cinta padaku, dan berharap aku punya keberanian untuk mengatakan cinta padanya."